Oleh: Setyo Lelono
SOROT BERITA | OPINI - Ada yang berbeda dan baru kali ini terjadi dalam sejarah. Itulah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bekasi. Manakah bedanya? Salah satu pasangan kandidat Pilkada Kota Bekasi 2024-2029 ini diikuti sosok perempuan. Itulah Nurul Sumarheni, sang Calon Wakil Wali Kota, mendampingi Uu Saeful Mikdar (Calon Wali Kota).
Kehadiran Nurul, dinilai memiliki makna yang sangat istimewa bagi kaum Hawa di Kota Bekasi tercinta ini. Setidaknya, kehadiran Nurul menjadi representasi perempuan dalam panggung kontestasi pilkada langsung. Representasinya menunjukkan bukti emansipasi, sekaligus perjuangan pro keadilan dalam kaitan gender.
Fakta historis mencatat, Pilkada Kota Bekasi selama ini didominasi kaum lelaki. Tapi, Pilkada 2024-2029 ini diikuti salah satu wakil dari unsur perempuan. Karena itu, kehadiran Nurul dapat kita nilai sebagai terobosan sejarah kepemimpinan di tanah Kota Bekasi.
Yang perlu kita catat lebih jauh, Nurul merupakan satu-satunya calon pemimpin perempuan yang akan maju pada kontestasi di Pilkada Kota Bekasi. Oleh karena itu publik pun berharap agar Nurul memiliki kewajiban moral dalam memberikan aksi dan kepedulian khusus terhadap kondisi nasib kaum perempuan.
Data BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Bekasi setahun terakhir menunjukkan, terdapat kemiskinan ekstrim di Kota Bekasi ini mencapai 290.400 jiwa, dari jumlah penduduk sekitar 2,53 juta orang dengan komposisi 133,54 juta perempuan (49,42%).
Sulit disangkal, yang paling merasakan dari topografi kemiskinan adalah kaum perempuan. Sebab, merekalah yang harus mengatur lalu-lintas kebutuhan nyata dari masing-masing rumah tangganya.
Sebagai manajer urusan "dalam negeri", kaum ibu harus mampu menghadapi peta keuangan yang sangat terbatas, bahkan kurang. Inilah puncak kepeningan kaum ibu akibat peta kemiskinan yang dihadapi, dan kemiskinan ekstrim itu menjadi gambaran umum raut wajah-wajah muram kaum perempuan.
Tentu, bukan hanya mengeluh, apalagi menyerah dan mengambil jalan pintas yang tidak terpuji, baik secara moral maupun agama. Tapi, sang perempuan harus mampu mencari solusi produktif dan bermanfaat nyata bagi kehidupan yang tercatat tak kenal kompromi.
Sebagai calon pemimpin perempuan, tentu Nurul akan terpanggil mencari solusi produktif, terfokus pada nasib kaum perempuan. Sikap ini bukan mengabaikan kepentingan kaum lelaki, tapi lebih merupakan cara menyiasati kompleksitas problem wilayah. Ketika terfokus pada persoalan perempuan, sama artinya telah ikut meyelesaikan sebagian besar masalah di tanah Kota Bekasi.
Kerangka solusinya jelas: merumuskan kebijakan yang sarat dengan kepentingan kaum perempuan. Rumusan kebijakan dikawal dengan sentuhan gaya kepemimpinan yang penuh kasih.
Ada pendekatan lain yang menggambarkan peran ibu terhadap anak. Hubungan ini akan menampilkan gaya dan perilaku kekuasaan yang penuh rasa kekeluargaan yang akan menonjol dalam tata-kelola pemerintahan Kota Bekasi mendatang.
Sikap dan cara pandang itu akan menjadikan hubungan rakyat dan pemimpin bagai bangunan satu rumah tangga. Bukan "atasan dan bawahan" yang bisa menimbulkan jarak atau strata.
Inilah kultur pemerintahan baru Kota Bekasi yang penuh kekeluargaan, sejalan dengan hadirnya sosok perempuan dalam jajaran kepemimpinan Kota Bekasi ini.
Kultur baru ini bisa dijadikan modalitas sosial-psikologis dalam merancang-bangun sejumlah program unggulan, terkait ekonomi, kesehatan, pendidikan bahkan lainnya. Itulah impian membangun masa depan Kota Bekasi.
Dan impian itu diharapkan akan segera hadir secara nyata karena kehadiran sosok pemimpin perempuan, yakni Nurul Sumarheni, meski dalam posisi sebagai calon wakil Wali Kota.
Impian produktif ini perlu kita sambut. Caranya? Beri kesempatan pasangan UU Saeful Miqdar – Nurul Sumarheni, pasangan calon No. Urut (2) untuk memberikan peran produktifnya bagi masyarakat dan Kota Bekasi tercinta ini. (***)